About Textile

1 komentar

Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan carapenyulamanpenjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.

Sejarah Tekstil

1 komentar


Sejarah Tekstil

SEJARAH PERTEKSTILAN INDONESIA
Secara pasti sejak kapan awal keberadaan industri TPT di indonesia tidak dapat dipastikan, namun kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaiannya sendiri sudah dimulai sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang disekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi/digunakan sendiri.
Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan dimulai dari industri rumahan tahun 1929 dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) dengan menggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang dikenal dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan oleh Daalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional seperti sarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBM mulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan pada tahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokan listrik pada tahun 1935. Dan sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki era teknologi dengan menggunakan ATM.
Tahun 1960-an, sesuai dengan iklim ekonomi terpimpin, pemerintah Indonesia membentuk Organisasi Perusahaan Sejenis (OPS) yang antara lain seperti OPS Tenun Mesin; OPS Tenun Tangan; OPS Perajutan; OPS Batik; dan lain sebagainya yang dikoordinir oleh Gabungan Perusahaan Sejenis (GPS) Tekstil dimana pengurus GPS Tekstil tersebut ditetapkan dan diangkat oleh Menteri Perindustrian Rakyat dengan perkembangannya sebagai berikut:
•    Pertengahan tahun 1965-an, OPS dan GPS dilebur menjadi satu dengan nama OPS Tekstil dengan beberapa bagian menurut jenisnya atau sub-sektornya, yaitu pemintalan (spinning); pertenunan (weaving); perajutan (knitting); dan penyempurnaan (finishing).
•    Menjelang tahun 1970, berdirilah berbagai organisasi seperti Perteksi; Printer’s Club (kemudian menjadi Textile Club); perusahaan milik pemerintah (Industri Sandang, Pinda Sandang Jabar, Pinda Sandang Jateng, Pinda Sandang Jatim), dan Koperasi (GKBI, Inkopteksi).
•    Tanggal 17 Juni 1974, organisasi-organisasi tersebut melaksanakan Kongres yang hasilnya menyepakati mendirikan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan sekaligus menjadi anggota API.




FASE PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL INDONESIA

Diawali pada tahun 1970-an industri TPT Indonesia mulai berkembang dengan masuknya investasi dari Jepang di sub-sektor industri hulu (spinning dan man-made fiber making). Adapun fase perkembangannya sebagai berikut:
1.      Periode 1970 – 1985, industri tekstil Indonesia tumbuh lamban serta terbatas dan hanya mampu memenuhi pasar domestik (substitusi impor) dengan segment pasar menengah-rendah.
2.      Tahun 1986, industri TPT Indonesia mulai tumbuh pesat dengan faktor utamannya adalah: (1) iklim usaha kondusif, seperti regulasi pemerintah yang efektif yang difokuskan pada ekspor non-migas, dan (2) industrinya mampu memenuhi standard kualitas tinggi untuk memasuki pasar ekspor di segment pasar atas-fashion.
3.      Periode 1986 – 1997 kinerja ekspor industri TPT Indonesia terus meningkat dan membuktikan sebagai industri yang strategis dan sekaligus sebagai andalan penghasil devisa negara sektor non-migas. Pada periode ini pakaian jadi sebagai komoditi primadona.
4.      Periode 1998 – 2002 merupakan masa paling sulit. Kinerja ekspor tekstil nasional fluktuatif. Pada periode ini dapat dikatakan periode cheos, rescue, dan survival.
5.      Periode 2003 – 2006 merupakan outstanding rehabilitation, normalization, dan expansion (quo vadis?). Upaya revitalisasi stagnant yang disebabkan multi-kendala, yang antara lain dan merupakan yang utama: (1) sulitnya sumber pembiayaan, dan (2) iklim usaha yang tidak kondusif.
6.      Periode 2007 pertengahan – onward dimulainya restrukturisasi permesinan industri TPT Indonesia.

Museum Tekstil

1 komentar


Museum Tekstil

Museum Tekstil menempati gedung tua di Jalan K.S. Tubun / Petamburan No. 4 Tanah Abang, Jakarta  

Gedungnya sendiri pada mulanya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke-19. Kemudian dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri yang menetap di Indonesia. Selanjutnya tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Christian Cruq.
Di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini menjadi markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Pada tahun 1952 dibeli oleh Departemen Sosial dan pada tanggal 25 Oktober 1975 diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta yang untuk kemudian pada tanggal 28 Juni 1976 diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto sebagai Museum Tekstil.

Kain Songket: Sejarah dan Arti yang Terkandung di dalamnya

1 komentar


1.   Sejarah dan Perkembangan Kain Songket

       Palembang memiliki sejarah yang panjang, mulai dari kejayaan kerajaan Sriwijaya sampai Kesultanan Palembang Darussalam. Kerajaan Sriwijaya pada masa kejayaannya sekitar abad ke 7 Masehi menjadi cikal bakal kota yang terletak di tepian sungai Musi ini. Banyak peninggalan tak ternilai berasal dari kerajaan terkenal itu, salah satunya adalah budaya wastra (kain) yang indah,songket. Keberadaan kain songket menunjukan sebuah tingkat kebudayaan yang tinggi, sebab dalam kain ini tersimpan berbagai hal seperti bahan yang digunakan, cara pengerjaan, makna yang terkandung di dalamnya sekaligus cara penggunaanya dan tingkatan orang yang memakainya.
       Keberadaan kain songket Palembang merupakan salah satu bukti peninggalan kerajaan Sriwijaya yang mampu penguasai perdagangan di Selat Malaka pada zamannya. Para ahli sejarah mengatakan bahwa kerajaan Sriwijaya sekitar abad XI setelah runtuhnya kerajaan Melayu memegang hegemoni perdagangan laut dengan luar negeri, diantara negara yang mempunyai hubungan dagang dengan kerajaan Sriwijaya adalah India, Cina, Arab dll. Keberadaan hegemoni perdagangan ini menunjukan sebuah kebesaran kerajaan maritim di nusantara pada masa itu. Keadaan geografis yang berada di lalu lintas antara jalut perdagangan Cina dan India membuat kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim dan perdagangan internasional.
       Gemerlap warna dan kilauan emas yang terpancar pada kain tenun ini, memberikan nilai tersendiri dan menunjukan sebuah kebesaran dari orang-orang yang membuat kain songket. Apabila kita melihat rangkaian benang yang tersusun dan teranyam rapih lewat pola simetris, menunjukan bahwa kain ini dibuat dengan keterampilan masyarakat yang memahami berbagai cara untuk membuat kain bermutu, yang sekaligus mampu menghias kain dengan beragam desain. Kemampuan ini tidak semua orang mampu mengerjakannya, keahlian dan ketelitian mutlak diperlukan untuk membuat sebuah kain songket. Pengetahuan ini biasanya diperoleh dengan cara turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya.
       Menurut para ahli sejarah, seperti dikutip oleh Agung S dari Team Peneliti ITT Bandung dalam bukunya yang berjudul “Pengetahuan Barang Tekstil” ( 1977:209 ), mengatakan bahwa sejak zaman Neolithikum, di Indonesia sudah mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan zaman Neolithikum tersebut dapat diketahui bahwa kulit kayu merupakan pakaian manusia pada zaman prasejarah di Indonesia. Alat yang digunakan adalah alat pemukul kulit kayu yang dibuat dari batu,seperti yang terdapat pada koleksi Museum Pusat Jakarta. Disamping pakaian dari kulit kayu, dikenal juga bahan pakaian dengan mengunakan kulit binatang yang pada umumnya dipakai oleh laki–laki sebagai pakaian untuk upacara ataupun pakaian untuk perang. Sejak zaman prasejarah nenek moyang bangsa Indonesia juga sudah mengenal teknik menenun. Hal tersebut diperkuat dengan adanya penemuan tembikar dari zaman prasejarah yang didalamnya terdapat bentuk hiasan yang terbuat dari kain tenun kasar.
       Kemakmuran dizaman itu terlihat dari adanya kerajaan Sriwijaya yang menghasilkan berbagai kain songket, dimana pada masa itu diperkirakan gemerlap warna kain songket untuk para pejabat kerajaan khususnya untuk raja di berikan sulaman berbahan emas. Sebagai kerajaan yang kaya dengan emas dan berbagai logam mulai lainnya, sebagian emas-emas tersebut dikirim kenegeri Siam (Thailand) untuk dijadikan benang emas yang kemudian dikirim kembali kekerajaan Sriwijaya, oleh para perajin benang emas tersebut ditenun dengan menggunakan benang sutra berwarna yang pada masa itu diimpor dari Siam (Thailand), India dan Tiongkok (Cina). Perdagangan internasional membawa pengaruh besar dalam hal pengolahan kain songket terutama dalam memadukan bahan yang akan digunakan sebagai kain songket. Kain Songket untuk Raja dan kelurganya tentu memerlukan bahan dan pengerjaan yang lebih, benang sutra yang dilapisi emas menjadi bahan yang menonjol dalam pembuatanya, sehingga menghasilkan sebuah kain songket gemerlap, yang menunjukan sebuah kebesaran dan kekayaan yang tidak terhingga.
       Hubungan dagang internasional itu mengantarkan kerajaan Sriwijaya kepada kerajaan yang terbuka terhadap pengaruh dari luar, adanya hubungan dagang dengan Negara tetangga secara tidak langsung mempengaruhi kebdayaan setempat. Sebagai akibat dari adanya pertukaran barang dalam perdagangan telah mempengaruhi corak atau motif kain songket yang dihasilkan didaerah Palembang. Banyaknya pengaruh kesenian yang dibawa oleh para pedagang tersebut yang diantaranya berasal dari Timur Tengah dan Tiongkok ( Cina ) mempengaruhi motif dalam desain kain songket Palembang. Salah satunya adalah agama Islam yang dibawa oleh pedagang dari Timur tengah,walaupun dalam kesenian Islam tidak diperbolehkan mewujudkan mahluk hidup, tetapi didalam desain kain songket tampak dibuat binatang binatang tertentu. Seperti misalnya berbagai jenis burung, reptilia dan naga. Motif bunga manggis dalam desain kain songket juga terdapat pada relief-relief candi Prambanan dari abad kesembilan dan kesepuluh, para ahli memperkirakan ada persamaan dengan motif yang ada dalam desain songket Palembang dan ini merupakan bukti peninggalan sejarah dari zaman Hindu di Indonesia yang terdapat dalam desain kain songket Palembang hingga saat ini.
       Setelah melemahnya kerajaan-kerajaan di nusantara khususnya di Palembang dan datangnya penjajahan Belanda, telah terjadi perubahan pada struktur kehidupan masyarakat sampai menjelang Perang Dunia II, keberadaan kain songket sempat mengalami kemunduran karena sulitnya bahan baku yang diperlukan. Namun, keberadaan kain songket yang merupakan peninggalan sejarah bangsa Indonesia masih tetap dipertahankan terutama karena masih mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat. Bertahannya kain songket ini, selain memiliki bentuk yang indah juga memiliki nilai-nilai historis yang panjang dalam sejarah bangsa ini, kebesaran kerajaan Sriwijaya tidak akan terlepas dari keberadaan kain songket. Keberadaan kain songket ini telah ikut membesarkan kerajaan Sriwijaya melalui sebuah perdagangan internasional.
       Perginya Belanda dari tanah nusantara dan datangnya penjajahan Jepang dan masa Revolusi sampai dengan tahun 1950, terus menghantarkan kerajinan kain songket pada titik yang menghawatirkan karena sulitnya mendapatkan bahan baku dan pemasaran hasil produksi songket tersebut. Pada masa penjajahan Jepang, Indonesia mengalami pemerasan sehingga bahan baku yang digunakan untuk membuat kain songket sangat sulit diperoleh. Menjelang tahun 1950 dan sesudahnya, kerajinan kain songket sudah mulai diusahakan kembali secara keci-kecilan dengan cara mencabut kembali benang emas dan benang perak dari tenunan kain songket yang lama ( yang sudah tidak dipakai lagi ) karena kain sutera sebagai dasarnya sudah lapuk untuk mendapatkan tenunan kain songket yang baru, keadaan ini berlangsung hingga tahun 1966. Barulah sekitar tahun 1966 (akhir), usaha kerajinan songket mulai banyak dikerjakan lagi oleh para perajin kain songket seperti masa-masa lampau dengan banyaknya benang-benang sutera impor yang datang dari luar negeri, seperti Cina dan Taiwan melalui pedagang-pedagang dari Singapura dan benang-benang emas dari India, Perancis, Jepang dan Jerman. Kain songket Palembang telah banyak mengalami jatuh bangun dalam usahanya mempertahankan peninggalan kebudayaan masa lampau. Namun tetap bertahan hingga saat sekarang ini. Keberadaan kain songket ini, merupakan salah satu aset bangsa yang sangat besar dan harus dijaga dengan baik keberadaanya. Kain songket ini telah menjadi ciri khas dari kota Palembang dan merupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia sangat kaya akan peninggalan dan kebudayaan baik dalam bentuk kain maupun yang lainnya.


2.  Jenis-jenis Motif Kain Songket Palembang
Pemakaian kain songket pada umumnya dipakai sebagai pakaian adat masyarakat Palembang untuk menghadiri upacara perkawinan, upacara cukur rambut bayi dan sebagai busana penari Gending Sriwijaya (Tarian selamat datang). Menurut Djamarin.dkk dari Team ITT Bandung ( 1977:217-218 ) meyebutkan tentang jenis-jenis motif kain songket Palembang, diantaranya adalah:
a.   Songket Lepus
Lepus berarti menutupi, jadi pengertian kain songket lepus adalah songket yang mempunyai benang emasnya hampir menututpi seluruh bagian kain. Benang emasnya dengan kualitas tinggi didatangkan dari China. Kadangkala benang emas ini diambil dari kain songket yang sudah sangat tua (ratusan tahun) karena kainnya menjadi rapuh, benang emas disulam kembali ke kain yang baru. Kualitas jenis songket lepus merupakan kualitas yang tertinggi dan termahal harganya. Sesuai dengan gambar motifnya, maka kain songket lepus inipun bermacam-macam namanya, antara lain songket lepus lintang (bergambar bintang), songket lepus buah anggur, songket lepus berantai, songket lepus ulir, dan lain-lain.

Description: http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/22173_323365193342_3450584_n.jpg
Songket Lepus
Gambar 1. Songket Lepus ( Sumber Zainal Songket )

b.   Songket Tawur
Pada desain songket tawur yaitu kain yang pada motifnya tidak menutupi seluruh permukaan kain tetapi berkelompok-kelompok dan letaknya menyebar (bertabur/tawur). Benang pakan sebagai pembentuk motif tidak disisipkan dari pinggir kepinggir kain seperti pada halnya penenunan kain songket yang biasa, tetapi hanya berkelompok–kelompok saja. Sama halnya dengan songket lepus, songket tawur pun bermacam-macam namanya antara lain songket tawur lintang, songket tawur tampak manggis, songket tawur nampan perak, dan lain-lain.
Description: http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/22173_323368378342_8256648_n.jpg
Songket Tawur
Gambar 2. Songket Tawur ( Sumber Museum Tekstil DKI Jakarta )
c.   Songket Tretes Mender
Pada kain songket jenis ini tidak dijumpai suatu gambar motif pada bagian tengah kain (polosan). Motif-motif yang terdapat dalam songket tretes mender hanya ada pada kedua ujung pangkal dan pada pinggir-pinggir kain.
Description: http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/22173_323369908342_7399048_n.jpg
Songket Tretes Mender
Gambar Songket Tretes Mender ( Sumber Zainal Songket )
d.  Songket Bungo Pacik
Pada kain songket jenis ini, sebagian besar motifnya terbuat dari benang emas yang digantikan dengan benang kapas putih, sehingga tenunan benang emasnya tidak banyak lagi dan hanya dipakai sebagai selingan saja.
Description: http://a1.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/22173_323370608342_108436_n.jpg
Songket Bungo Pacik
Gambar 4. Songket Bungo Pacik (Sumber Kain Songket Indonesia

e
. Songket Kombinasi
Pada songket jenis ini merupakan kombinasi dari jenis-jenis songket diatas, misalnya songket bungo Cina adalah gabungan songket tawur dengan songket bungo pacik sedangkan songket bungo intan adalah gabungan antara songket tretes mender dengan songket bungo pacik.
Description: http://a5.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/22173_323374338342_2291157_n.jpg
Songket Kombinasi Gambar 5. Songket Kombinasi ( Sumber Zainal Songket

f.
Songket Limar
Kain songket ini tidak dibentuk oleh benang-benang tambahan seperti halnya pada songket-songket lainnya. Motif kembang-kembangnya berasal dari benang-benang pakan atau benang lungsi yang dicelup pada bagian-­bagian tetentu sebelum ditenun. Biasanya songket limar dikombinasikan dengan songket berkembang dengan benang emas tawur hingga disebut songket limar tawur. Macam dari songket limar diantaranya adalah jando berhias, jando pengantin serta kembang pacar.

Description: http://a4.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/22173_323377263342_4589442_n.jpg
Songket Limar Gambar6. Songket Limar (Sumber Zainal Songket )

Untuk menguatkan dasar kain songket dalam penenunan benang emas atau benang perak, maka sering digunakan serat katun untuk lungsinya serta sutra untuk pakannya.

3. Macam-macam Motif Kain Songket
Walaupun sejarah telah mencatat bagimana kain songket ini telah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, namun ternyata kain songket Palembang tidak banyak mengalami penambahan dalam hal motif.
Untuk membuat motif pada kain songket, ada yang menggunakan motif benang emas penuh dan ada yang kosong pada bagian tengahnya tetapi motifnya diberikan pada bagian tepi kain. Untuk membuat satu jenis kain songket biasanya didalamnya bisa terdapat dua atau tiga motif kain songket, sehingga untuk menghasilkan perpaduan gambar yang indah dan menarik. Benang emas yang digunakan dalam kain songket sangat bervariasi, dalam kain songket yang asli ( buatan zaman dahulu ) menggunakan benang emas cap jantung yang terbuat dari emas murni empat belas karat disebut juga sebagai benang emas nomor satu. Benang emas seperti ini pada saat sekarang ternyata sudah tidak diproduksi lagi, karena selain harganya mahal. Benang emas untuk membuat kain songket sekarang ini biasanya menggunakan kualitas nomor dua yaitu benang emas bangko yang cirinya berwarna agak keperak-perakan dan bermanik seperti mutiara, kemudian benang emas nomor tiga adalah benang emas sartubi yang warnanya keputih-putihan dan struktur benangnya lebih halus, sedangkan benang emas dengan kualitas nomor empat adalah benang emas mamilon yang cirinya berwarna kuning keemasan dan benangnya agak kasar. Benang emas dengan kualitas biasa saja adalah benang emas jeli yang benangnya agak kasar dan mudah putus.
Dengan melihat bahan dasar yang digunakan untuk membuat motif kain songket, kita sudah bisa mengetahui bahwa masyarakat pada masa itu sangat mengyukai keindahan yang berbahan dasar dari emas. Untuk membuat hal seperti ini tentunya memerlukan bahan dasar yang mencukupi di daerah pembuatanya, agar tidak menjadikan biaya produksinya mahal. Maka untuk itu diperkirakan nusantara pada masa kerajaan Sriwijaya kaya akan emas, hingga dipergunakan untuk membuat bahan pakaian terbuat dari bahan yang dicampur dengan emas. Walau pun memang pakaian yang menggunakan emas, kebanyakan dimiliki oleh kalangan bangsawan terutama.

4.
Warna Kain Songket
Warna yang digunakan untuk mewarnai kain songket didapat dari pewarna kesumbo untuk warna hijau, ungu, merah anggur dan warna kuning dari kunyit sedangkan untuk warna merah dengan menggunakan kulit kayu sepang yaitu kulit kayu dari pohon sepang yang sudah tua. warna ungu dapat juga dihasilkan dari kulit buah manggis. Semua yang digunakan untuk mewarnai kain songket ternyata berbahan dasar dari alam, mereka berusaha memadukan warna ini sehingga menghasilkan warna terang mencolok dan indah. Untuk membuat warna dalam kain tentunya memerlukan pengetahuan yang tidak sembarangan, dimana dia harus mengolah bahan dasar dari alam ini menjadi sebuah tinta.
Manusia terkenal sebagai makhluk bersimbol, setiap tingkah laku dan perbuatannya penuh dengan simbol-simbol tertentu, tidak terkecuali apa yang terdapat dalam warna kain songket. Setiap warna yang terdapat dalam kain songket memiliki artinya tersendiri yang dapat menunjukan status dari sipemakainya, bukan hanya status kekayaan namun juga status sosial yang diantaranya adalah kain songket dengan warna hijau, merah dan kuning dipakai oleh janda, sedangkan bila mereka ingin menikah lagi maka mereka dapat menggunakan warna-warna yang terang atau cerah (Suwarti Kartiwa: 35). Dalam kain songket tidak mempunyai patokan dalam hal warna untuk satu jenis kain songket tertentu, karena pada kain songket yang dipentingkan adalah pada jenis dan kegunaannya, dalam satu jenis kain songket terdapat lebih dari satu warna sebagai penghias kain.

Lambang Motif yang terdapat dalam Kain Songket Palembang
Seperti yang telah dikemukakan di atas, kalau hidup manusia ini penuh dengan simbol-simbol, dalam kain songket ternyata mempunyai arti perlambangan yang sakral dalam setiap coraknya dan dalam satu kain songket terdapat motif, warna dan perlambangan berbeda sehingga menghasilkan perpaduan yang indah. Lambang-lambang yang terdapat dalam kain songket dan penggunaannya antara lain:

a. Motif bunga mawar dalam desain kain songket mempunyai arti perlambangan sebagai penawar malapetaka. Kain songket yang memiliki motif bunga mawar biasanya dipakai sebagai kelengkapan upacara cukur rambut bayi sebagai selimut dan kain gendongan. Kain songket dengan motif bunga mawar digunakan dengan harapan kehidupan si anak yang akan datang selalu terhindar dari bahaya dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

b. Motif bunga tanjung melambangkan keramah tamahan sebagai nyonya rumah juga sebagai lambang ucapan selamat datang. Kain songket yang memiliki motif bunga tanjung dipakai oleh nyonya rumah untuk menyambut tamu.

c. Motif bunga melati dalam desain kain songket melambangkan kesucian, keanggungan dan sopan santun. Kain songket yang memiliki motif bunga melati biasanya digunakan oleh gadis-gadis dalam lingkup kerajaan yang belum menikah karena motif bunga melati menggambarkan kesucian.

d. Motif pucuk rebung melambangkan harapan baik, karena bambu adalah pohon yang tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang. Motif pucuk rebung selalu ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal. Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket dimaksudkan agar sipemakai selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup.

Pada masa sekarang ini di Indonesia, arti dan perlambang dalam motif kain tidak sedikit yang mengabaikannya, banyak dari mereka mengindahkan semuanya itu. Apa yang ada dalam dalam motif kain ini sebenarnya melambangkan sebuah do’a untuk sipemakainya, sebagai contoh motif pucuk rebung memiliki arti agar sipemakai selalu berada dalam keberuntungan dalam hidupnya. Apa yang ada dalam motif kain ini merupakan simbol dari harapan manusia itu sendiri.

5. Simbol Status Sosial
Motif kain yang sering nampak dalam kain songket adalah motif bunga, ini menandakan kedekatan dengan wanita. Seperti yang dikemukakan oleh R.H.M Akib seperti dikutip oleh Suwarti Kartiwa (1996:34), bahwa kain songket erat hubungannya dengan wanita dan didalamnya mencerminkan wanita. Hal ini tampak dari dengan banyaknya motif bunga yang diterapkan dalam desain kain songket dan kalau kemudian dalam adat terdapat pakaian yang dipakai oleh laki-laki, maka itu adalah perkembangannya yang kemudian karena pada zaman dahulu kain songket ditenun oleh para gadis sambil menunggu datangnya lamaran dari pihak laki­-laki.

Seperti halnya daerah-daerah lain, masyarakat Palembang memiliki keharusan untuk memakai kain songket dalam setiap upacara yang dilakukan (pakaian adat). Kain songket digunakan pada setiap upacara keagamaan, perkawinan ataupun upacara adat lainnya dan tidak untuk dipakai sehari-hari (Himpunan Wastraprema, 1976). Ini semua menandakan kalau kain songket tidak bisa dipakai sembarangan, karena di dalamnya mengandung makna-makna tertentu. Makna ini merupakan perlambang dari sipemakai. Sebagai contoh, pemakaian kain songket untuk upacara perkawinan berbeda dengan yang digunakan untuk upacara keagamaan dan upacara adat lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat pada warna merah cabe yang biasa dipakai oleh pengantin sedangkan untuk upacara adat lainnya bebas memilih motif dan warna. Dahulu pemakaian kain songket dibedakan antara untuk keluarga kerajaan, pegawai kerajaan, golongan bangsawan dan rakyat biasa. Perbedaan pemakaian kain songket penting karena dalam kain songket mempunyai motif-motif tersendiri yang menggambarkan kebesaran dan keagungan seseorang (pemakai).


Kepustakaan

Achmad Slamet. 1997. Gema Industri Kecil. Proyek Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil Khusus Ekonomi Golongan Lemah Departemen Perindustrian. Jakarta
Djamarin. dkk Tim Penyusun ITT Bandung. 1977. Pengetahuan Barang Tekstil. Bandung.
Himpunan Wastaprema. 1976. Kain Adat / tradition textiles. Jakarta.
Riyanti, Ade. 2005. "Makna Simbolis Kain Songket sebagai Simbol Status Sosial di Kelurahan Serengam 32, ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang. Sumatera Selatan". Skripsi. Jurusan Teknologi
Jasa dan Produksi.Suwarti, Kartiwa. 1980a. Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan. _____ . 1998. Kain Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan. Tim Penyusun Depdikbud. 1981 / 1982. Album Seni Budaya Sumatera Selatan. Jakarta. Tim Penyusun Depdikbud. Bagian Pembinaan Permuseuman Sumatera Selatan. 1995 / 1996. Kain Songket Palembang. Palembang. Tim Penulis Depdikbud Dinas Permuseuman Pembinaan Sumatera Selatan. 2000. Tenun Tradisional Sumatera Selatan. Jakarta. Tim Peneliti Museum Tekstil DKI Jakarta. 1982 / 1982. Pameran Kain Palembang. Jakarta: Djambatan. oleh : Tim Wacana Nusantara sumber : http://www.wacananusantara.org/content/view/category/2/id/539#


Asal-Usul Sutera

2 komentar


Sejarah Asal-Usul Kain Sutera

Description: http://4.bp.blogspot.com/-piiFVO7YYG0/T0QGzsuSW6I/AAAAAAAAAJI/zx6WfR_ZcnM/s250/Kempompong%2520Ulat%2520Sutera.jpg
Ulat Sutera
Sutera merupakan serat protein alami yang beberapa jenisnya dapat ditenun menjadi tekstil. Jenis sutera yang paling dikenal adalah sutera yang diperoleh dari kepompong yang dihasilkan larva ulat sutera kertau ( Bombyx mori ) yang diternak (serikultur). Rupa sutera yang berkemilau disebabkan karena strukturnya yang menyerupai prisma segitiga di dalam serat sehingga memungkinkan kain sutra membiaskan cahaya ke berbagai sudut.

Awal Mula Sutera
Menurut tradisi Cina, sejarah sutera telah dimulai sejak abad ke-27 SM. Pada saat itu penggunaannya terbatas hanya untuk negeri Cina, hingga Jalur Sutra dibuka di beberapa titik selama paruh kedua milenium pertama SM.
Hingga seribu tahun kedepan, monopoli atas sutera masih dikuasai China. Pada saat itu kegunaan sutra tidak hanya terbatas pada pakaian, namun telah digunakan untuk sejumlah aplikasi lain seperti tulisan. 

Budidaya sutera menyebar ke Jepang sekitar 300M. Sekitar 522 Bizantium berhasil memperoleh telur ulat dan mulai mampu membudidayakan ulat sutera. Orang-orang Arab juga mulai memproduksi sutera dalam kurun waktu yang sama. Sebagai hasil dari penyebaran Sericulture, ekspor sutera di Cina menjadi sedikit berkurang, namun mereka masih mendominasi pasar sutra mewah.
Description: http://2.bp.blogspot.com/-wsYAAAYGzYE/T0QG2H-U8lI/AAAAAAAAAJQ/2swOa2nhUzo/s200/kepompong%2520sutera.JPG
Kepompong ulat Sutera
Saat Perang Salib, produksi sutra dibawa ke Eropa Barat, khususnya ke negara Italia. Banyak yang melihat ekspor sutera ke seluruh Eropa sebagai peluang yang menjanjikan karena dapat meningkatkan perekonomian. 

Selama abad pertengahan, perubahan teknik manufaktur juga mulai terjadi. Dari yang sebelumnya menggunakan alat primitif, berubah menggunakan alat pemintal semacam roda berputar yang pertama kali muncul. Pada abad ke-16 Perancis dan Italia berhasil mengembangkan perdagangan sutera, saat itu justru banyak negara-negara lain yang tidak berhasil mengembangkan industri sutera.

Revolusi Industri banyak mengubah industri sutera di Eropa. Karena inovasi dalam pemintalan kapas saat itu menjadi jauh lebih murah dalam memproduksi dan karena itu menyebabkan produksi sutera lebih mahal. Teknologi tenun baru telah meningkatkan efisiensi produksi. Salah satu diantaranya adalah mesin tenun Jacquard yang dikembangkan untuk bordir sutera.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ3m9veT5kD2w8AlPnOSCp_3_z2iudI9_iyWf5v4rmMmtTW7Om36Q9nZfyykb0FFKAM-NwcYPkXrKkES0wAULzgxWJkUVkqJaGLG-0ySWuf3alvzjmBqbG9SkTu2N_riufIlUiLLqJOgY/s200/kain%2520sutera.jpg
Kain Olahan Sutera
Perjalanan panjang sejarah sutera sempat terhenti. Sebab, sebuah wabah penyakit ulat sutera terjadi dan berakibat pada menurunnya produksi sutera, terutama di Perancis, di mana industri sutera tidak dapat ditemukan. Pada abad ke-20 Jepang dan Cina kembali berperan untuk memproduksi sutera. Dan kini, Cina merupakan produsen sutera terbesar didunia.

Bukti awal ditemukannya sutra terdapat di situs-situs budaya Yangshao di Xia, Shanxi, antara 4000 dan 3000 SM. Di mana kepompong sutra yang ditemukan telah dipotong setengah menggunakan pisau tajam. Spesies ini diidentifikasi sebagai Bombyx mori, yakni ulat sutra yang dipelihara. Bukti dari alat tenun primitif juga bisa dilihat dari situs-situs budaya Hemudu di Yuyao, Zhejiang, pada periode sekitar 4000 SM. Isi Forum sutra ditemukan di sebuah budaya Liangzhu di situs Qianshanyang di Huzhou, Zhejiang, pada periode 2700 SM. Bukti lainnya juga ditemukan dari makam kerajaan di Dinasti Shang (1600-1046 SM).

Mitologi Sutera
Tulisan-tulisan Konfusius dan tradisi Cina menceritakan bahwa pada abad ke-27 SM sebuah kepompong ulat sutra tak sengaja jatuh ke dalam cangkir teh milik seorang permaisuri bernama Leizu. Mengharapkan khasiat karena meminumnya, gadis muda berusia empat belas ini mulai membuka gulungan benang kepompong. Si gadis kemudian memiliki ide untuk menenun gulungan benang tersebut. Setelah mengamati kehidupan ulat sutra, suaminya sang Kaisar Kuning merekomendasikannya untuk membudidayakan ulat sutera. Gadis pun mulai menginstruksikan rombongannya untuk membudidayakan ulat sutra itu. Inilah awal mula sang permaisuri dipuja sebagai dewi sutera dalam mitologi Cina.

Sumber Wikipedia.com

Jenis dan Sifat Bahan Tekstil

2 komentar


Jenis dan Sifat Bahan Tekstil
Bahan tekstil memiliki keanekaragaman jenis dan bahan dasar yang berasal dari alam. Bahan dasar tekstil akan mempengaruhi sifat dari bahan tekstil yang telah diproduksi.
Jenis Serat
Pada dasarnya serat tekstil berasal dari tiga unsur utama, yaitu serat yang berasal dari alam(tumbuh-tumbuhan dan hewan), serat buatan(sintetis) dan galian (asbes, logam).
 Serat alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan antara lain: kapas, lenan, rayon, nenas, pisang. Serat alam yang berasal dari hewan yakni: dari bulu beri-beri, adapun bahan yang berasal dari serat tersebut adalah bahan wol.sedangkan serat dari ulat sutra menghasilkan bahan tekstil sutra
Serat buatan (termoplastik)  merupakan bahan tekstil yang berasal dari serat buatan ini adalah berupa Dacron, polyester, nylon.
 Serat galian adalah bahan yang berasal dari dalam tanah, contoh asbes dan logam, benang logam, bahan asbes banyak digunakan untuk sumbu kompor minyak tanah, untuk mengisi aneka bunga yang berasal dari bermacam-macam bahan tekstil seperti: stoking, nylon, tula dan bahan rajutan.
Serat logam lebih banyak digunakan untuk membuat bermacam-macam jenis benang, seperti, benang emas, benang perak, tembaga, aluminium, selain itu ada pula benang logam yang dilapisi dengan plastik.
Apabila benang logam tersebut akan di tenun, sebaiknya di gabung dengan benang dari bahan lain. Hal ini disebabkan benang logam tersebut memiliki sifat kaku dan sukar dipelihara.
Benang logam ini banyak ditemukan pada bahan tekstil seperti:borkat, lame, tenunan songket yang ditemukan diseluruh daerah Indonesia antara lain: songket bali, songket pandai sikek, songket silungkang, songket kubang, songket palembang, songket Kalimantan, songket jambi dll.

Sifat Bahan Tekstil

Untuk dapat melakukan pemeliharan bahan tekstil dengan tepat dan benar, terlebih dahulu harus diketahui sifat-sifat dari bahan tersebut:
Katun
Sifat-sifat bahan katun adalah bersifat hidroskopis atau menyerap air, mudah kusut, kenyal, dalam keadaan basah kekutannya bertambah lebih kurang 25%, dapat disetrika dalam temperatur panas yang tinggi, katun lenan tersebut mengandung lilin, oleh sebab itu tidak perlu dikanji. Katun lenan ini tidak tahan chloor. Sementara rayon lebih licin dan mengkilap, tidak menghisap debu dan kotoran, karna kotoran itu melekat hanya pada permukaan bahan saja. Sedangkan sintetis sifatnya tidak jauh berbeda dengan katun lainnya
Wol
Bahan wol memiliki sifat sangat kenyal hingga tidak mudah kusut, bila wol dipanaskan ia akan menjadi lunak karena kenyalnya berkurang. Wol mengikat, panas, karena serabut wol keriting. Udara dalam pori-pori wol bertahan, bila dipakai dapat mengantarkan panas, wol tidak tahan akan nyengat.
Sutera
Bahan sutera memiliki sifat lembut, licin dan berkilap, kenyal dan kuat. Dalam keadaan basah sutera berkurang kekuatannya 15%. Bahan sutera tahan ngenyat, banyak menghisap air dan bila dipergunakan memberi rasa sejuk.
Dacron, Polyester dan Nylon
Bahan tekstil ini apabila dicuci cepat menjadi kering, tidak kusut jadi tidak perlu di setrika, kuat dan tahan lama dipergunakan, lebih tahan panas.
Brokat, Lame dan Songket
Bahan tekstil yang berasal dari brokat, lame dan songket ini mudah berubah warna, tidak mudah kusut, kurang menyerap air, tidak tahan temperatur setrika yang tinggi.
Sumber:
id.wikipedia.org/wiki/Tekstil

Tekstil

1 komentar


TEKSTIL
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.

Contact Us

0 komentar

Andika Akhmad Nugraha
NRP : 11.T40010
Technical Textile
Cirebon, 25 September 1993
081911439084

Under Constructed

0 komentar

Under Constructed

My Profile

Name : Andika Akhmad Nugraha
Day Of Birth : Cirebon, September 25, 1993

 

My Blog © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers